Home » » Bandung Butuh 15.000 Kamar

Bandung Butuh 15.000 Kamar

Written By Abang Nonki on Friday, November 6, 2009 | 1:52 PM


Bandung heurin ku tangtung. Istilah ini mungkin akan semakin menjadi ketika Pemkot Bandung mewujudkan rencananya membangun 22 hotel baru. Selain heurin ku (sesak oleh) fisik bangunan hotel, mulai tahun depan Bandung juga akan semakin heurin ku para wisatawan. Bagaimana tidak, wisatawan yang sebelumnya berkunjung ke Bandung tanpa menginap, akan digoda untuk menghabiskan malam di kota kembang dengan harga kamar hotel yang kompetitif.

Di satu sisi, ini merupakan potensi untuk menambah PAD Kota Bandung, di sisi lain, banyak pihak mempertanyakan dampak lingkungan dari rencana ini. Sebuah dilema. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung Drs. M. Askari Wirantaatmadja mengakui jumlah hotel bintang dan melati di Kota Bandung sudah terbilang banyak, yaitu 251 hotel dengan jumlah kamar 10.430.

Namun, sarana akomodasi itu belum seimbang dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bandung yang rata-rata mencapai 21.000/hari. Jumlah tersebut melonjak tiga kali lipat pada akhir pekan menjadi rata-rata 61.000/hari. "Dari total wisatawan 7,5 juta-10 juta/tahun, hanya 2,5 juta wisatawan yang tertampung. Sisanya, visitor pulang-pergi. Padahal, ini potensi bagus," ujarnya.

Atas alasan itulah Pemkot Bandung berencana untuk menambah jumlah kamar hotel. Saat ini, setidaknya ada 22 pengusaha yang sedang dan sudah mendapat izin pembangunan hotel. Tiga di antaranya sudah mulai membangun.

Menurut Askari, dari hotel baru itu, Bandung akan mendapat tambahan 2.900 kamar. Selain itu, tujuh hotel lama juga sudah mengajukan izin penambahan kamar. Maka pada 2010, diperkirakan jumlah kamar hotel di Kota Bandung sebanyak 13.805 atau masih kurang 1.200 kamar dari target yang ingin dicapai, yakni 15.000.

Ditambahkan Askari, tingkat okupansi hotel di Kota Bandung mengalami kenaikan. Pada Januari-Februari 2008, rata-rata tingkat okupansi hotel 40%. Ini meningkat pada Maret-sekarang menjadi 40%-60%. Ditinjau dari segi tata ruang Kota Bandung, zona peruntukan jasa masih memungkinkan berdiri hotel-hotel baru. Namun, jangan sampai suatu kawasan menjadi jenuh karena saratnya bangunan tersebut.

Menurut Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Juniarso Ridwan, pemerintah kota seharusnya memperhitungkan studi kelayakan suatu wilayah sebelum mengizinkan pembangunan hotel. Bandung timur yang selama ini belum tersentuh seperti halnya di pusat kota, bisa menjadi sasaran menguntungkan dalam membangun fasilitas jasa. Daya tampung Kota Bandung terhadap lonjakan wisatawan juga harus diperhitungkan benar.

Penumpukan pengunjung yang selalu memadati ruas-ruas jalan menjadi masalah yang hingga kini juga belum terselesaikan. Selama ini, Dinas Perhubungan baru menerapkan rekayasa lalu lintas jalan pendek. Setiap akhir pekan tiba, pemindahan jalur menjadi pilihan sementara. Sebagai ibu kota Jawa Barat, Kota Bandung belum memiliki master plan transportasi. "Master plan tersebut baru akan dikaji tahun depan," kata Kepala Bidang Perencanaan Fisik dan Tata Ruang Chairul Anwar.

Salah satu perusahaan yang sedang giat membangun hotel baru di Bandung adalah Kagum Grup. Setidaknya ada 7 hotel yang akan dibangun hingga 2010, yaitu Banana Inn di Jln. Setiabudhi 11-15 (sedang dibangun), Golden Flower di Jln. Asia Afrika (sedang dibangun), Carrcadien Hotel di Jln. Kebonjati 71-75 (sedang dibangun), Gino Ferucci di Jln. Braga (dalam proses perizinan), Carissa di Jln. Cihampelas 106 (dalam proses perizinan), Henry Hill di Jln. Rancabentang 28-30 (sedang dibangun), dan RR Hotel di Jln. Kebonkawung (dalam proses perizinan).

Direktur Operasional Kagum Hotel Management Martono menjelaskan, keputusan untuk membangun banyak hotel di Bandung diambil setelah melihat perkembangan pariwisata yang signifikan, sekaligus menjawab kebutuhan Bandung yang kekurangan kamar. "Kami sengaja memilih lokasi yang tidak biasa seperti Kebonjati dan Asia Afrika. Tujuannya untuk menyebarkan keramaian Kota Bandung yang saat ini berpusat di Dago dan Riau," katanya.

Projek terbesar Kagum Grup saat ini adalah pembangunan hotel bintang empat Golden Flower, bekas bangunan Plaza Asia Afrika. Bangunan berwarna pink itu akan disulap menjadi hotel lima lantai bergaya modern minimalis, dengan fasilitas 193 kamar, function room berkapasitas 600 orang, 12 meeting room berkapasitas 40-200 orang, dan fasilitas lainnya.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bandung dan Cimahi, Eddy Rachmat , awalnya kurang setuju dengan rencana menambahkan jumlah hotel itu. Namun, ia menyadari penambahan itu memang akan mendorong hotel-hotel lama meningkatkan kualitas. Namun, Eddy mengingatkan jangan sampai fenomena perang tarif yang terjadi di dunia komunikasi, merambah ke industri perhotelan Kota Bandung. "Memang, jika terjadi perang tarif, konsumenlah yang akan diuntungkan. Tapi, dengan pendapatan yang diperkirakan makin turun, bisa jadi hotel akan mati," katanya.

Membicarakan masalah hotel juga tak terlepas dari fasilitas yang mendukung kualitas tempat penginapan tersebut. Beberapa pelayanan seperti ketersediaan listrik dan air. "Tanpa tambahan hotel pun, Bandung telah mengalami krisis air bersih. Namun, kita sepakat mewujudkan Kota Bandung sebagai kota jasa yang bermartabat. Konsekuensinya, kita harus mampu mengubah perilaku untuk hidup bersih, berwawasan lingkungan, dan ramah terhadap wisatawan.

Keinginan wisatawan untuk bermalam harus kita penuhi. Bahwa kendala utama adalah sumber daya air perlu sekali kita cermati dan atasi bersama," kata Sobirin Supardiyono dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS).


Sumber: Pikiran Rakyat Online | Amaliya & Lia Marlia
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Tourism Travel News - All Rights Reserved
Modified and developed by Nonki
Brought to you by Nicolaus Lumanauw Ph.D