Home » » Industri Pariwisata Basis Ekonomi Indonesia?

Industri Pariwisata Basis Ekonomi Indonesia?

Written By Abang Nonki on Monday, July 28, 2008 | 11:46 AM





Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia memiliki implikasi negatif terhadap kemampuan pemerintah dalam menjalankan program pembangunan. Ketergantungan yang sangat besar terhadap BBM impor, membuat APBN Indonesia mengalami tekanan luar biasa. Sehingga, pemerintah akhirny memilih jalan tidak populer dengan menaikkan harga BBM di dalam negeri untuk menutupi subsidi yang selama ini dilakukan. Sebagai kompensasinya pemerintah memberikan subsidi langsung beruta Bantuan Langsung Tunai kepada rakyat miskin.
Persoalannya, penyelesaian perekonomian masyarakat tidak bisa dilakukan untuk jangka waktu yang pendek. Pemerintah harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan berkaitan langsung dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hanya saja, tampaknya cukup berat bagi pemerintah untuk mendorong peningkatan kinerja perekonomian pada saat ini, karena masih sangat sulit meningkatkan investasi baru di bidang industri padat karya. Persaingan dengan negara-negara di kawasan Asia dan khususnya Asia Tenggara, menempatkan bergaining position Indonesia yang lemah. Birokrasi investasi yang masih rumit dan gerakan organisasi pekerja yang sangat intensif, membuat investor asing kurang tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Sementara investasi dari pengusaha nasional, belakangan tampaknya lebih diarahkan pada sektor perkebunan dan properti.
Dalam konteks strategis, pemerintah harus berani mengubah orientasi pembangunan perekonomian nasional. Konsentrasi pada eksplorasi tambang dan gas harus segera diubah. Sebagai pelaku di bidang industri pariwisata, saya menilai potensi di bidang wisata yang besar. Disamping itu, industri pariwisata merupakan industri yang memiliki orientasi jangka panjang. Dan, telah terbukti di banyak negara, industri pariwisata bisa menunjang perekonomian masyarakatnya. Ketahanan perekonomian masyarakat pun lebih memiliki pondasi apabila industri pariwisata bisa tumbuh.
Dengan target 7 juta wisatawan mancanegara tenaga kerja yang diserap akan sangat besar. Diperhitungkan untuk melayani seorang wisman dibutuhkan setidaknya 3 orang tenaga kerja. Sehingga untuk melayani 7 juta wisman maka tenaga kerja yang bisa diserap mencapai 21 juta orang. Artinya, pemerintah tidak perlu lagi berpikir bagaimana menyediakan lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja yang tersedia. Artinya pula, kehadiran 7 juta wisman menjadi bagian strategis dalam mengatasi pengangguran di Indonesia.
Kalau ditelaah lebih mendalam, keberhasilan pembangunan industri pariwisata memiliki implikasi yang luas. Banyak sektor yang terkait dengan industri pariwisata. Yakni : industri perhotelan dari hotel berbintang sampai hotel-hotel melati dan guest house di wilayah-wilayah pariwisata. Industri kerajinan, transportasi udara dan darat, makanan, penerjemah, dan lain-lain. Artinya, rangkaian kegiatan ekonomi yang bisa dicapai menjadi sangat berantai. Secara otomatis, sektor riil mendapat dampak positif dari kemajuan industri pariwisata.
Yang tidak kalah penting, industri pariwisata juga menjadi bagian public relations untuk Indonesia. Melalui informasi-informasi yang disebarkan wisman itulah, kondisi Indonesia yang sesungguhnya bisa disebarluaskan kepada dunia Internasional. Ini akan menunjang komunikasi bisnis dan politik Indonesia yang sedang dibangun secara intensif oleh pemerintahan pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla di dunia Internasional. Keberhasilan aparat keamanan dalam membuka jaringan "pengganggu stabilitas keamanan" selama ini, menjadi nilai positif bagi Indonesia. Sebab, kepercayaan dunia Internasional terhadap kondisi keamanan Indonesia, menjadi bagian penting untuk menarik kedatangn wisman. Rasa aman dan nyaman sangat dibutuhkan bagi para turis dalam menikmati liburannya di Indonesia.
Pada saat ini capaian kunjungan wisman sudah mencapai 5 juta orang lebih. Diprediksi target 7 juta wisman di akhir tahun 2008 bisa dicapai. Padahal, kita melihat pada saat ini anggaran promosi wisata yang dimiliki pemerintah masih jauh dibandingkan negara-negara lain di dunia. Yang lebih menggembirakan, pencapaian kedatangan wisman adalah mereka yang mengikuti event MICE (Meeting, Insentive, Convention, dan Exhibition) di Indonesia. Artinya, para wisman yang hadir di Indonesia adalah mereka yang diutus oleh korporasi, lembaga swadaya, bahkan sebagai utusan negara. Ini memiliki nilai positif bagi perolehan devisa Negara. Sebab, rata-rata lama tinggal peserta MICE minimal selama 3 hari.
Suasana kondusif yang dibutuhkan industri pariwisata memang membutuhkan dukungan pemerintah. Peran pemerintah sebagai dinamisator, fasilitator, dan regulator harus lebih disingkronkan dengan kebutuhan pelaku bisnis di bidang industri pariwisata. Pemerintah harus berani memberikan insentif kepada pengusaha di berbagai wilayah Indonesia, sehingga menggairahkan kembali industri pariwisata. Banyak bentuk insentif yang bisa diberikan pemerintah. Selain itu, pemerintah juga harus berani melakukan promosi ke negara-negara yang selama ini banyak masyarakatnya menjadikan Indonesia sebagai tujuan wisata. Yang tidak kalah penting, pemerintah daerah harus tersu dipacu untuk memperbaiki infrastruktur yang mendukung tumbuhnya industri pariwisata di daerahnya masing-masing. Jika kesatuan langkah bisa dibangun, maka tujuan membangun industri pariwisata diperkirakan akan lebih berhasil. Lebih dari itu, industri pariwisata pun bisa menjadi basis perekonomian Indonesia. Mengapa tidak?

Oleh: Iqbal Allan Abdullah
Ketua Umum Dewan Pariwisata Indonesia

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Tourism Travel News - All Rights Reserved
Modified and developed by Nonki
Brought to you by Nicolaus Lumanauw Ph.D