Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), Ben Sukma, mengaku pesimistis dengan target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang ditetapkan pemerintah tahun 2009 sebesar 6,7 juta jiwa akan tercapai.
"Dimana pun jika ada pemilu pada suatu negara, maka dengan sendiri para wisatawan menghindar karena mereka takut akan terjadinya konflik. Jadi bagaimana mungkin target itu tercapai," ujar Ben Sukma saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Sedangkan pada tahun lalu, kata dia, dengan kondisi Indonesia yang relatif aman dan program "Visit Indonesia Year 2008" Badan Pusat Statistik mencatat wisman yang berkunjung ke tanah air hanya sebesar 6,23 juta jiwa dengan perkiraan devisa mencapai 7,5 miliar dolar AS. Jumlah wisman itu tentunya lebih kecil dari yang ditargetkan pemerintah sebesar tujuh juta jiwa, namun lebih baik dibandingkan jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2007 yang berjumlah 5,51 juta jiwa.
Tahun 2009 merupakan tahun politik karena berlangsung sejumlah agenda penting negara seperti pemilu legislatif dan pemilihan presiden yang diprediksi oleh berbagai kalangan akan berlangsung dalam dua putaran. "Dengan kondisi-kondisi seperti itu dan berbagai pengamat berpendapat bahwa pemilu presiden diperkirakan berlangsung dalam dua putaran, maka membuat wisman menjadi berpikir untuk berlibur ke Indonesia terkait kondisi keamanan," jelasnya.
Karena itu yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan industri pariwisata di tanah air saat ini adalah menggarap para wisatawan nusantara (wisnus) dengan memperbaiki infrastruktur pendukung menuju atau yang berada di lokasi objek wisata, katanya lagi.
Sebelumnya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan target optimistis kunjungan wisman tahun 2009 sebesar 6,7 juta atau mengalami pertumbuhan sekitar 6,2 persen dari pencapaian kunjungan wisman tahun 2008 yang diperkirakan 6,4 juta jiwa.
Untuk mencapai target itu, pemerintah juga memfokuskan pemasaran pariwisata pada negara dan kawasan yakni Singapura, Malaysia, Jepang, Cina, Korea Selatan, India, Filipina, Australia, Timur Tengah, dan Eropa yang terdiri atas Inggris, Belanda, Prancis, Jerman dan Rusia.
Sumber: Antara
"Dimana pun jika ada pemilu pada suatu negara, maka dengan sendiri para wisatawan menghindar karena mereka takut akan terjadinya konflik. Jadi bagaimana mungkin target itu tercapai," ujar Ben Sukma saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Sedangkan pada tahun lalu, kata dia, dengan kondisi Indonesia yang relatif aman dan program "Visit Indonesia Year 2008" Badan Pusat Statistik mencatat wisman yang berkunjung ke tanah air hanya sebesar 6,23 juta jiwa dengan perkiraan devisa mencapai 7,5 miliar dolar AS. Jumlah wisman itu tentunya lebih kecil dari yang ditargetkan pemerintah sebesar tujuh juta jiwa, namun lebih baik dibandingkan jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2007 yang berjumlah 5,51 juta jiwa.
Tahun 2009 merupakan tahun politik karena berlangsung sejumlah agenda penting negara seperti pemilu legislatif dan pemilihan presiden yang diprediksi oleh berbagai kalangan akan berlangsung dalam dua putaran. "Dengan kondisi-kondisi seperti itu dan berbagai pengamat berpendapat bahwa pemilu presiden diperkirakan berlangsung dalam dua putaran, maka membuat wisman menjadi berpikir untuk berlibur ke Indonesia terkait kondisi keamanan," jelasnya.
Karena itu yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan industri pariwisata di tanah air saat ini adalah menggarap para wisatawan nusantara (wisnus) dengan memperbaiki infrastruktur pendukung menuju atau yang berada di lokasi objek wisata, katanya lagi.
Sebelumnya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan target optimistis kunjungan wisman tahun 2009 sebesar 6,7 juta atau mengalami pertumbuhan sekitar 6,2 persen dari pencapaian kunjungan wisman tahun 2008 yang diperkirakan 6,4 juta jiwa.
Untuk mencapai target itu, pemerintah juga memfokuskan pemasaran pariwisata pada negara dan kawasan yakni Singapura, Malaysia, Jepang, Cina, Korea Selatan, India, Filipina, Australia, Timur Tengah, dan Eropa yang terdiri atas Inggris, Belanda, Prancis, Jerman dan Rusia.
Sumber: Antara
0 comments:
Post a Comment